Pria asal China Bertahan Hidup Sendirian di Laut / Sumber Gambar : en.goodtimes.my
SEKADAU NEWS - Pernahkan terbayang di pikiranmu berada di tengah laut sendirian selama berbulan-bulan?
Siapa pun pasti akan langsung gila jika mengalaminya.
Serupa juga dialami pria asal China Ini.
Selama Perang Dunia Kedua, seorang pria asal China bernama Poon Lim dan 52 orang lainnya berada di sebuah kapal milik sebuah perusahaan Inggris bernama SS Ben Lomond.
Kapal itu berlayar dari Cape Town, Afrika Selatan ke Suriname.
Sayang keberadaan mereka berhasil dilacak sekitar 750 mil timur dari Amazon.
Dalam dua menit, dua torpedo diluncurkan untuk menghancurkan kapal yang ditumpangi Lim.
Dalam sekejab kapal mulai tenggelam.
Saat kapal tenggelam, pemuda itu dengan cepat meraih jaket keselamatan dan melompat ke laut.
Jika Lim tak melakukannya, dia mungkin akan terluka dan terbakar dalam ledakan yang terjadi di kapal.
Berunrung dia berhasil menemukan rakit selebar 8 kaki dan naik ke atasnya.
Rakit itu berisi beberapa potong cokelat, biskuit, makanan kaleng, gula, lampu, dua kotak rokok, korek api, tali, dan 40 liter air.
Karena itu, Lim berhasil bertahan hidup di tengah lautan.
Sayang karena tak ada bantuan yang datang, makanan mulai habis.
Tak ingin mati konyol ditengah laut, Lim mulai beradaptasi.
Dia memancing dan mengumpukan air hujan dengan kain kanvas dari jaket keselamatan.
Karena tak bisa berenang, Lim memutuskan untuk mengikatkan kaki di pinggangnya dan menghubungkannya dengan rakit.
Dia menggunakan kawat dari lampu senter untuk menangkap ikan.
Setiap kali dia melihat ada hiu mendekati rakitnya, Lim mengambil kesempatan untuk menangkapnya.
Dia menggunakan ikan kecil untuk memancing hiu.
(goodtimes.my)
Lim memperhitungkan kekuatan hiy dan memastikan dia menggunakan kait tebal.
Ketika tidak ada hujan dalam jangka waktu yang panjang, Lim terpaksa meminum darah hiu yang dia bunuh untuk menghindari dehidrasi.
Karena terlalu lama terdampar di laut, Lim menderita mabuk laut parah, kulit terbkar, dan kemunduran psikologis, dimana membuatnya tak sadar keberadaan beberapa kapal yang melewatinya.
Bahkan saat kapal induk milik Angkatan Laut Amerika Serikat mendekat, dia tak berusaha meminta bantuan.
ketekunan dan kemauan untuk bertahan hidup Poon Lim telah menjadi inspirasi bagi semua, termasuk tokoh-tokoh terkenal
Poon Lim menghitung jumlah hari yang dia habiskan di laut dengan mengikat simpul pada tali yang dia gunakan.
Namun kemudian memutuskan tidak ada gunanya menghitung hari, dan hanya mulai menghitung bulan purnama.
Ketika menyadari warna air telah berubah, dia tahu jika dirinya sudah dekat dengan tanah.
Pada 5 April 1943, Lim diselamatkan oleh tiga nelayan Brasil.
Dia telah menghabiskan total 133 hari terdampar di rakit di tengah-tengah lautan.
Lim dibawa ke Belem tiga hari setelah nelayan menemukannya dan dirawat di rumah sakit selama empat minggu sampai pulih.
(goodtimes.my)
Sampai saat ini belum ada yang biasa mengalahkan rekornya menghabiskan hidup sendirian di tengah laut.
Sebelum meninggal pada 1991, Poon Lim mengatakan, “Saya berharap tidak ada yang akan memecahkan rekor yang saya buat".
SEKADAU NEWS - Pernahkan terbayang di pikiranmu berada di tengah laut sendirian selama berbulan-bulan?
Siapa pun pasti akan langsung gila jika mengalaminya.
Serupa juga dialami pria asal China Ini.
Selama Perang Dunia Kedua, seorang pria asal China bernama Poon Lim dan 52 orang lainnya berada di sebuah kapal milik sebuah perusahaan Inggris bernama SS Ben Lomond.
Kapal itu berlayar dari Cape Town, Afrika Selatan ke Suriname.
Sayang keberadaan mereka berhasil dilacak sekitar 750 mil timur dari Amazon.
Dalam dua menit, dua torpedo diluncurkan untuk menghancurkan kapal yang ditumpangi Lim.
Dalam sekejab kapal mulai tenggelam.
Saat kapal tenggelam, pemuda itu dengan cepat meraih jaket keselamatan dan melompat ke laut.
Jika Lim tak melakukannya, dia mungkin akan terluka dan terbakar dalam ledakan yang terjadi di kapal.
Berunrung dia berhasil menemukan rakit selebar 8 kaki dan naik ke atasnya.
Rakit itu berisi beberapa potong cokelat, biskuit, makanan kaleng, gula, lampu, dua kotak rokok, korek api, tali, dan 40 liter air.
Karena itu, Lim berhasil bertahan hidup di tengah lautan.
Sayang karena tak ada bantuan yang datang, makanan mulai habis.
Tak ingin mati konyol ditengah laut, Lim mulai beradaptasi.
Dia memancing dan mengumpukan air hujan dengan kain kanvas dari jaket keselamatan.
Karena tak bisa berenang, Lim memutuskan untuk mengikatkan kaki di pinggangnya dan menghubungkannya dengan rakit.
Dia menggunakan kawat dari lampu senter untuk menangkap ikan.
Setiap kali dia melihat ada hiu mendekati rakitnya, Lim mengambil kesempatan untuk menangkapnya.
Dia menggunakan ikan kecil untuk memancing hiu.
(goodtimes.my)
Lim memperhitungkan kekuatan hiy dan memastikan dia menggunakan kait tebal.
Ketika tidak ada hujan dalam jangka waktu yang panjang, Lim terpaksa meminum darah hiu yang dia bunuh untuk menghindari dehidrasi.
Karena terlalu lama terdampar di laut, Lim menderita mabuk laut parah, kulit terbkar, dan kemunduran psikologis, dimana membuatnya tak sadar keberadaan beberapa kapal yang melewatinya.
Bahkan saat kapal induk milik Angkatan Laut Amerika Serikat mendekat, dia tak berusaha meminta bantuan.
ketekunan dan kemauan untuk bertahan hidup Poon Lim telah menjadi inspirasi bagi semua, termasuk tokoh-tokoh terkenal
Poon Lim menghitung jumlah hari yang dia habiskan di laut dengan mengikat simpul pada tali yang dia gunakan.
Namun kemudian memutuskan tidak ada gunanya menghitung hari, dan hanya mulai menghitung bulan purnama.
Ketika menyadari warna air telah berubah, dia tahu jika dirinya sudah dekat dengan tanah.
Pada 5 April 1943, Lim diselamatkan oleh tiga nelayan Brasil.
Dia telah menghabiskan total 133 hari terdampar di rakit di tengah-tengah lautan.
Lim dibawa ke Belem tiga hari setelah nelayan menemukannya dan dirawat di rumah sakit selama empat minggu sampai pulih.
(goodtimes.my)
Sampai saat ini belum ada yang biasa mengalahkan rekornya menghabiskan hidup sendirian di tengah laut.
Sebelum meninggal pada 1991, Poon Lim mengatakan, “Saya berharap tidak ada yang akan memecahkan rekor yang saya buat".
Sumber : Ambar Purwaningrum / Tibun Travel
Editor : Hariza