Lempeng dengan tulisan kuneiform dari Anatolia (1875-1840 SM)(Los Angeles County Museum of Art).
SAINS, SEKADAU.COM - Beberapa ahli sejarawan dan pakar ekonomi telah berhasil menerjemahkan 12.000 lempeng (tablet) tanah liat berusia 4.000 tahun dari Zaman Perunggu dan mengidentifikasikan lokasi dari kota-kota kuno yang hilang.
Lempeng-lempeng yang digali dari kota kuno Ganesh, kini berada di Turki, ini ditulis dalam huruf paku atau kuneiform oleh para pedagang dari kerajaan Asyur.
Sebetulnya, mereka hanya berisi transaksi bisnis, dokumen pengiriman, dan berbagai kontrak, termasuk sertifikat pernikahan.
Namun, pengajar Universitas Harvard, Gojko Barjamovic, dan tiga orang pakar ekonomi lainnya percaya bahwa mereka juga dapat mengekstraksi informasi mengenai kota-kota yang hilang dari lempeng-lempeng tersebut.
Pasalnya, 12.000 lempeng tersebut menjelaskan mengenai ratusan interaksi dagang dari 26 kota kuno yang 15 di antaranya telah ditemukan, dan hubungan dagang ini sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis karena barang-barang yang dijual hanya dapat dipindahkan melalui jalan darat.
Artinya, kota yang berdekatan memiliki lebih banyak transaksi dibandingkan kota yang berjauhan.
Menggunakan data-data tersebut, Barjamovic dan tiga koleganya menciptakan sebuah sistem yang disebut “Model Gravitasi Struktural”. Sistem ini mengalkulasikan jarak antar kota berdasarkan jumlah transaksinya dan mengestimasikan lokasi dari 11 kota yang hilang.
Ilustrasi perkiraan lokasi Durhusnit(Washington Post).
Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan para sejarawan.
Dalam studi yang dipublikasikan melalui The National Bureau of Economic Research, Barjamovic dan kolega menulis, untuk mayoritas dari kota yang hilang, estimasi kuantitatif kami sangat mirip dengan dugaan kualitatif dari para sejarawan, (hal ini) menguatkan model sejarah dan metode kuantitatif kami.
Mereka melanjutkan, dalam beberapa kasus di mana sejarawan tidak dapat mencapai konsensus di mana lokasi kota yang hilang, metode kuantitatif kami mendukung dugaan dari beberapa sejarawan dan melawan lainnya.
Meski demikian, Barjamovic dan kolega mengakui bahwa lokasi yang dituliskan dalam studi baru dugaan saja. Pembuktiannya hanya bisa dilakukan ketika kota-kota tersebut benar-benar ditemukan.
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Lempeng 4.000 Tahun Ungkap Lokasi 11 Kota Kuno Asyur yang Hilang.(Shierine Wangsa Wibawa).
Editor: Yakop
SAINS, SEKADAU.COM - Beberapa ahli sejarawan dan pakar ekonomi telah berhasil menerjemahkan 12.000 lempeng (tablet) tanah liat berusia 4.000 tahun dari Zaman Perunggu dan mengidentifikasikan lokasi dari kota-kota kuno yang hilang.
Lempeng-lempeng yang digali dari kota kuno Ganesh, kini berada di Turki, ini ditulis dalam huruf paku atau kuneiform oleh para pedagang dari kerajaan Asyur.
Sebetulnya, mereka hanya berisi transaksi bisnis, dokumen pengiriman, dan berbagai kontrak, termasuk sertifikat pernikahan.
Namun, pengajar Universitas Harvard, Gojko Barjamovic, dan tiga orang pakar ekonomi lainnya percaya bahwa mereka juga dapat mengekstraksi informasi mengenai kota-kota yang hilang dari lempeng-lempeng tersebut.
Pasalnya, 12.000 lempeng tersebut menjelaskan mengenai ratusan interaksi dagang dari 26 kota kuno yang 15 di antaranya telah ditemukan, dan hubungan dagang ini sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis karena barang-barang yang dijual hanya dapat dipindahkan melalui jalan darat.
Artinya, kota yang berdekatan memiliki lebih banyak transaksi dibandingkan kota yang berjauhan.
Menggunakan data-data tersebut, Barjamovic dan tiga koleganya menciptakan sebuah sistem yang disebut “Model Gravitasi Struktural”. Sistem ini mengalkulasikan jarak antar kota berdasarkan jumlah transaksinya dan mengestimasikan lokasi dari 11 kota yang hilang.
Ilustrasi perkiraan lokasi Durhusnit(Washington Post).
Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan para sejarawan.
Dalam studi yang dipublikasikan melalui The National Bureau of Economic Research, Barjamovic dan kolega menulis, untuk mayoritas dari kota yang hilang, estimasi kuantitatif kami sangat mirip dengan dugaan kualitatif dari para sejarawan, (hal ini) menguatkan model sejarah dan metode kuantitatif kami.
Mereka melanjutkan, dalam beberapa kasus di mana sejarawan tidak dapat mencapai konsensus di mana lokasi kota yang hilang, metode kuantitatif kami mendukung dugaan dari beberapa sejarawan dan melawan lainnya.
Meski demikian, Barjamovic dan kolega mengakui bahwa lokasi yang dituliskan dalam studi baru dugaan saja. Pembuktiannya hanya bisa dilakukan ketika kota-kota tersebut benar-benar ditemukan.
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Lempeng 4.000 Tahun Ungkap Lokasi 11 Kota Kuno Asyur yang Hilang.(Shierine Wangsa Wibawa).
Editor: Yakop
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS